Kamis, 21 Juni 2012

Perbedaan HIV dan AIDS

Apa sih perbedaan HIV dan AIDSHIV itu memang berbeda dengan AIDS. Istilah human immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) sering dianggap sebagai satu kesatuan. Padahal, HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda. AIDS merupakan hasil dari apa yang dilakukan virus HIV jika tidak segera ditangani atau dilakukan therapy. HIV merupakan retrovirus, virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. Akibat virus HIV yang menyerang sel darah putih tersebut, sesorang akan lebih rentan terserang penyakit karena system kekebalan tubuhnya rusak. Sementara AIDS merupakan fase lanjutan dari serangan virus HIV. Jika system kekebalan tubuh manusia rusak dengan jumlah CD4 kurang dari 200, atau persentasi CD4 (CD4%) dibawah 14%, maka kerusakan system kekebalan tubuh sudah memasukin tahapan AIDS.
AIDS didefinisikan sebagai tahap infeksi HIV lanjutan yang parah. Pada masa ini sistem kekebalan tubuh rusak demikian parah sehingga tidak dapat menyerang balik virus atau infeksi lain yang biasanya dapat dicegah. Karena kuman-kuman itu memanfaatkan kesempatan (opportunity) yang diberikan akibat system kekebalan tubuh yang rusak, penyakit yang disebabkannya disebut infeksi oportunistik (IO).
Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, atau bakteri. Penyakit yang timbul dapat mengenai berbagai organ tubuh kita, seperti kulit, paru-paru, mata dan otak, beberapa jenis kanker pun dapat disebabkan oleh infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik dapat diobati. Sebagian infeksi ini juga dapat dicegah dengan memakai obat sebelum penyakit itu timbul. Jika pernah mengalami infeksi oportunistik yang sudah diobati, kita juga dapat memakai obat agar infeksi tersebut tidak datang lagi. Salah satu infeksi oportunistik yang terpenting dan bahaya adalah infeksi Tb (tubercoluse). Menurut WHO orang dengan HIV 50% mengembangkan Tb aktif. Tb adalah penyebab utama kematian.
Berkurangnya CD4 mengakibatkan seseorang mudah diserang beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak berpengaruh ketika kekebalan tubuh orang tersebut sehat. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, terutama dalam darah, sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh, seperti ASI, virus HIV juga bisa ditemukan meski dalam jumlah sangat sedikit. Sedikitnya 75%-85% penularan HIV terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melaku hubungan homoseksual), 5-10% akibat pemakian narkotika suntik, dan 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.
HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh materi genetic ini perlu diubah menjadi DNA, diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru. Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia, virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam system kekebalan tubuh). Setelah 5-10 tahun kemudian tanpa treatment, kekebalan tubuh akan hancur total dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita dapat meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut. (bila tidak memperoleh treatment yang tepat selama masa AIDS).
Dari hasil pengamatan berdasarkan negara, biasanya di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun. Sementara di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek, yaitu tujuh tahun. Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedang-kan di negara berkembang survival rate setelah AIDS masih kurang dari satu tahun. Survival rate ini berhubu-ngan erat dengan penggunaan obat anti retrovirus, pengo-batan terhadap infeksi opportunistic dan kualitas lingkun-gan serta pelayanan kesehatan yang baik.
Yang pasti HIV tidak membunuh. Namun, jika sudah me-masuki tahapan AIDS, ancaman infeksi opportunistic lah yang menjadi mesin pembunuh. Yang perlu dilakukan pengidap HIV adalah hidup sehat selama mungkin dalam fase dibawah AIDS. Untuk pencegahan percepatan perubahan menjadi AIDS, tidak ada salahnya se-seorang melakukan test HIV sejak dini. Dengan mengetahui status HIV lebih cepat, maka dapat diu-payakan untuk mempertahankan system kekebalan tubuh. -Ditulis oleh Ririn N.F. PR dalam artikel : “Penderita AIDS Punya Waktu 1-2 Tahun” Ingat, bukan HIV.

Apa saja Gejala-gejala HIV?

gejala-hivTidak ada gejala, tetapi hasil labtest anti HIV menunjukan hiv positif, keadaan fisik tidak ada perubahan dari biasanya dan juga tidak ada kelainan khas, bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Fase dimana dalam darah terdapat virus HIV disebut sebagai fase HIV + , yaitu fase sebelum memasuki fase AIDS.
Biasanya dibutuhkan 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS (virus membutuhkan waktu berbeda-beda untuk mencapai fase AIDS pada tubuh manusia sesuai kekebalan tubuh yang dimiliki perindividu). Dengan therapy maka periode sejak terjangkit hingga mencapai AIDS biasanya akan menjadi jauh lebih lama. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, selama 2-4 bulan ke-beradaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Pada 2-4 bulan ini virus sedang dalam tahap perkembangbiakan meregenerasi dirinya dengan sangat cepat. Tahap ini disebut juga sebagai sebagai periode jendela. Karena jumlahnya masih sangat sedikit sehingga tidak terdeteksi oleh test darah.
Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tidak menjadi sakit dalam jangka waktu ter-tentu. Hanya saja HIV yang ada pada tubuh akan terus merusak system kekebalan tubuh. Efeknya, bakteri dan jamur yang biasanya tidak berbahaya, menjadi sangat berbahaya karena rusaknya system kekebalan tubuh, hingga akhirnya penderita memasuki tahap AIDS.

Apa saja Gejala-gejala AIDS?

Gejala-gejala AIDS Gejala-gejala seseorang tertular AIDS terbagi dalam dua jenis.
Gejala umum ditandai dengan penurunan berat badan mencapai 10% dalam waktu singkat, demam yang berkepanjangan selama lebih dari satu bulan, dan diare yang terus-menerus selama lebih dari satu bulan.
Gejala ke dua adalah, merekapun akan mengalami gejala tambahan, seperti batuk yang tidak sembuh-sembuh selama satu bulan lebih, perubahan kulit dan iritasi atau gatal, infeksi jamur pada rongga mulut atau kerongkongan, dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekujur tubuh, biasanya dibawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. Dan, sebagian besar dari infeksi opportunistic yang terjadi pada kasus AIDS adalah karena infeksi kuman, jamur atau bakteri, selain alergi berat dan TBC serta Hepatitis C (kasus hepatitis C biasanya hanya terjadi pada injection drug user).


Kesaksian penderita HIV Luvi, Pebisnis

Kesaksian penderita HIV Luvi, Pebisnis. Berikut ini kesaksian penderita HIV yang telah sembuh bernama Luvi (nama samaran). (Mohon maaf demi menjaga nama baiknya kami merahasiakan identitas aslinya). Ia selalu konsumsi ARV, setelah mengkonsumsi JHP tidak lagi mengkonsumsi ARV.
Luvi seorang pebisnis, terinfeksi HIV pada tahun 1996 karena pengguna obat. Sebelum menggunakan JHP Luvi sering mengalami demam tinggi, sering kelelahan dan kehilangan nafsu makan. Setelah mengkonsumsi JHP selama 2 minggu Luvi tidak mengalami demam lagi dan merasa mendapatkan energi ekstra untuk melakukan aktifitasnya sebagai seorang pebisnis. Nafsu makannya juga meningkat dan hal ini menyebabkan peningkatan berat tubuhnya. Setelah 1 bulan mengkonsumsi pil KB JawaHerbal memperbaiki peningkatan CD4 tingkat dan sudah kembali dalam rentang normal seperti bagaimana orang normal.
kesaksian-hiv
Tes pada bulan Agustus, 30 menit sebelumnya mengkonsumsi JHP untuk pertama kalinya. Hasil tes: T Helper Lymphs (CD3+CD4+)Abs Cnt or CD4 is stated : 390 cells/ul
kesaksian-hiv
Tes pada bulan Oktober (60 hari sesudah konsumsi JHP pertama kali)
Hasil Tes: T Helper Lymphs (CD3+CD4+)Abs Cnt or CD4 is stated : 623 cells/ul, CD4 meningkat 223 dan dinyatakan CD4 normal

Kesaksian penderita HIV

Kesaksian penderita HIV yang sembuh disertai bukti hasil Lab

Ade, 27 tahun
Positif HIV di awal tahun 2004, beliau adalah seorang konselor HIV / AIDS. Beliau tidak pernah menggunakan ARV sedikitpun. Terinfeksi HIV pada tahun 2004 dikarenakan  IDU (Injeksi PenggunaNarkoba).
Sebelum menggunakan Javaherbal Pills, dia mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan sebagai konselor HIV / AIDS karena ia sering mendapat demam dan kelelahan. Hanya dalam 2 minggu setelah mengkonsumsi Javaherbal Pills tidak pernah mengalami  demam lagi dan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan sehingga dia dapat melakukan perjalanan ke setiap negara untuk melakukan pekerjaannya sebagai kanselir HIV / AIDS  hingga saat ini. Hanya dalam 1 bulan setelah mengkonsumsi Javaherbal Pills, tingkat CD4 nya meningkat hingga 5000%. Dan sekarang Beliau dinyatakan negatif dari virus HIV.  Berikut ini bukti hasil Lab kesaksian penderita HIV.
test-hiv
klik untuk memperbesar
Gambar diatas test dilakukan sebelum mengkonsumsi Javaherbal Pills dengan hasil tes
T Helper Lymphs (CD3+CD4+)Abs Cnt or CD4 is stated : 5 cells/ul
 
test-hiv2
klik gambar untuk memperbesar
Gambar diatas tes yang dilakukan setelah mengkonsumsi JavaHerbal Pills selama 30 hari dengan hasil tes
T Helper Lymphs (CD3+CD4+)Abs Cnt or CD4 is stated : 239 cells/ul
Sebuah peningkatan yang signifikan.
Berikut Grafik dari penderita HIV yang telah sembuh:
bukti-hiv-sembuh
Apa itu HIV? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebabkan AIDS. HIV ini merusak system kekebalan tubuh manusia karena merusak sel darah putih (sel T/T Helper/sel CD4). Secara rinci, H=Human, berarti virus hanya dapat menginfeksi manusia. I=immuno deficiency, yakni membuat tubuh manusia turun system kekebalannya, sehingg atubuh gagal melawan infeksi dan V=virus, karaktersitiknya mereproduksi diri sendiri di dalam sel manusia. Bila kita terinfeksi HIV, system kekebalan tubuh baru ter-bentuk setelah 3 minggu sampai 2 bulan (window periode). Oleh karena itu bila kita merasa melakukan perilaku berisiko tertular HIV (pakai jarum suntik, seks yang menyimpang), tes dilakukan menunggu selama 2 bulan. Namun dapat pula kita langsung tes kemudian diulang 2 bulan kemudian. Selama window periode tersebut meskipun HIV sudah ada didalam tubuh dan sudah dapat menularkan pada orang lain, namun hasil test yang ada saat ini masih akan menunjukan negatif dari HIV. Bahkan ada untuk sebagian kecil dari orang (5%) untuk mendapatkan hasil test positif mereka memerlukan waktu lebih dari 2 bulan. Oleh karena itu adalah masuk akal untuk mengulangi kembali test setelah 6 bulan, hingga rentang waktu 3 tahun. Hasil test positif bukan berarti kita menderita AIDS. Banyak yang HIV positif yang bertahun-tahun tetap hidup sehat, terlebih lagi dengan ditemukannya obat-obatan baru yang dapat menghambat kegiatan HIV menginfeksi sel yang masih sehat.
virus-hiv
Di dalam tubuh kita terdapat sel darah putih yang disebut sel CD4. Fungsi CD4 merupakan pengatur kegiatan kekebalan tubuh, tergantung ada atau tidaknya kuman yang harus dihancurkan HIV yang ma-suk ke dalam tubuh menulari sel itu “membajak”, dan kemudian menjadikannya “pabrik” yang membuat miliaran virus. Ketika proses tersebut selesai, tiruan HIV itu meninggalkan sel dan masuk ke CD4 yang lain. Sel yang ditinggalkan menjadi rusak. Jika sel ini hancur, maka system kekebalan tubuh akan kehilangan kemampuan untuk melindungi tubuh kita dari berbagai penyakit. Setelah perjalanan awal infeksi oleh HIV, penggandaan virus sangat cepat. Dan ini berarti virus yang ada didalam darah atau yang disebut virus load menjadi sangat tinggi. Umumnya dalam 3 bulan system kekebalan tubuh diaktifkan, system kekebalan tubuh membuat antibody untuk HIV dan viral load mulai menurun. Proses ini disebut serokonversi. Dan pada waktu itu gejala-gejala klinik dapat muncul berupa demam, kelenjar getah bening membengkak, ruam pada kulit dan sakit kepala yang bertahan 10-14 hari dan hilang sendiri. Mesikpun demikian tidak semua orang mengalami gejala infeksi HIV primer yang muncul pada tahap permulaan terinfeksi HIV. Setelah ini masa laten mulai. Pada masa ini bertahun-tahun orang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala. Masa HIV tanpa gejala rata-rata 7-10 tahun (tanpa pengobatan). Meskipun tanpa gejala HIV sangat aktif menggandakan diri dan merusak sel system kekebalan tubuh. Dan, pada masa ini viral load (virus dalam tubuh) biasanya sangat rendah karena system kekebalan masih menghancurkan virus yang baru. Namun, akhir masa ini penggandaan lebih cepat dari pada kemampuan menghancurkan system kekebalan dan viral load meningkat lagi. Sebelum permulaan AIDS, beberapa gejala yang sering timbul (wasting syndrome) antara lain : kehilangan berat badan, kehilangan tenaga, keringat berlebihan, demam serta ruam kulit yang bertahan lama. Penelitian menyimpulkan bahwa setelah 10 tahun maka 50% penderita yang tidak diberi pengobatan akan berkembang menjadi AIDS. (dr. Teddy Hidayat, Sp. K.J) Untuk waktu yang singkat HIV dapat hidup di luar tubuh dan ini tergantung dari cairan dan suhu tempat hidup virus diluar tubuh tersebut (HIV tidak dapat hidup jika terkena oksigen dan dapat hancur hanya pada suhu 56 derajat celcius). Setelah HIV menyerang 5-10 tahun atau lebih pada tubuh seseorang, system kekebalan tubuh dapat menjadi lemah dan satu atau lebih penyakit akan timbul atau lebih parah dari biasanya. Sehingga tahap terjangkit HIV menjadi memasuki tahap AIDS.

Bagaimana Jika Keluarga Mengidap HIV?

Apa yang harus dilakukan jika tahu ada salah satu keluarga mengidap HIV /AIDS?

HIV tidak mudah ditularkan, dan tidak menular melalui bersalaman, bersentuhan, berpelukan, berci-uman pipi, batuk atau bersin, memakai peralatan rumah tangga bersama; seperti alat makan, telefon, kamar mandi, WC umum, kolam renang. Juga tidak ditularkan melalui gigitan nyamuk, bekerja berseko-lah atau berkendaraan bersama. HIV tidak ditularkan lewat udara dan cepat mati bila berada di luar tubuh, kemudian mudah dibunuh dengan cairan pemutih (bleach) atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang utuh.
Memakai shampoo, odol atau sabun mandi bersamaan dengan anggota keluarga anda yang terkena HIV juga tidak dapat menularkan HIV pada yang lain. Karena shampoo, odol atau sabun mandi apapun semuanya mengandung deterjen, dan virus tidak dapat hidup jika terkena deterjen bahkan lewat udara atau air tanpa deterjen pun virus tidak dapat hidup lama. Mungkin ketika pertama kali anda mendapati anggota keluarga terkena HIV atau bahkan AIDS anda menjadi sangat sedih, marah, panik, terguncang serta berbagai rasa tak enak lainnya tentunya berkecamuk.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul biasanya : “Mengapa harus menimpa keluarga kami?” atau malah sudah tidak bisa berkata-kata sama sekali karena sedih bercampur shock. Biasanya jika sudah muncul perta-nyaan “Mengapa terjadi” Anda mulai marah kepada si anggota keluarga yang terinfeksi HIV lalu mulai menya-lahkan orang lain selain si anak, seperti : si suami, si istri atau bahkan teman main anggota keluarga yang saat ini menjadi terinfeksi. Benar bahwa reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi normal manusia menerima kenyataan yang tidak baik yang tidak pernah mereka bayangkan. Namun, jika kita berputar-putar terus pada emosi marah kita, takut dan tertekan (karena mendengar informasi disekitar anda me-ngenai HIV yang menakutkan) hal tersebut tidak akan merubah keadaan anda maupun si penderita.
Selain membuat sang anak atau si penderita HIV tidak merasakan perhatian-kepedulian anda, kema-rahan anda hanya membuat anda semakin terlihat “hopeless” dan hal tersebut tidak membangun jiwa anak untuk tegar dan memiliki harapan bahwa masa depan selalu ada bagi setiap orang yang mengusa-hakan. Berikut ini adalah sebuah kutipan kejadian mengenai seorang ibu yang mendapati anaknya terinfeksi HIV yang kami kutip dari harian umum Pikiran Rakyat: “Mengapa ini harus menimpa keluarga kami?” ucap sedih seorang ibu tatkala menerima keterangan dokter bahwa anaknya, pemuda kurus berusia 27 tahun, positif mengidap HIV. Pertanyaan pedih kepada diri sendiri itu diawali dengan reaksi kemarahan hebat di luar ruang konsultasi dokter di sebuah rumah sakit swasta di Bandung. “Itulah hasil kelakukan kamu! Kalau sudah begini mau bagaimana lagi.” Kata sang ibu memarahi anaknya. Lama-kelamaan kemarahan itu berganti dengan isak tangis pedih.
Reaksi tersebut menurut seorang dokter sekaligus konselor Klinik Khusus melayani pengidap HIV – Human Immunodeffciency Virus dan AIDS – Acquired Immonediciency Sydrome, adalah reaksi yang sangat normal. Namun reaksi shock semacam ini secara pasti harus segera digantikan dengan sikap mendukung penderita. “Kasihan sekali jika penderita yang sebenarnya juga terguncang masih pula harus menghadapi kemarahan dari orang-orang terdekatnya. Yang sudah lalu, ya sudahlah. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana membantu dia menghadapi masa depannya” ujar dokter Nirmala.
Apalagi, jika penderita HIV atau AIDS adalah pencandu narkotika suntik. “Jiwa mereka labil sekali, se-hingga butuh dukungan yang kuat dari lingkungan terdekatnya, terutama keluarga” menurut sang dok-ter. Bahkan, orang dengan mental yang kuat sekalipun dan sudah dipersiapkan dengan sangat hati-hati oleh dokter atau konselor dalam menerima “vonis” tersebut, tetap jatuh mental saat akhirnya tahu bahwa ia mengidap virus ini. “Lebih baik saya mati saja, Dok.”. Begitu kebanyakan kalimat spontan para penderita. Disinilah pentingnya peran pendamping dan keluarga atau sahabat untuk memberikan kekua-tan dan harapan bagi siapapun yang divonis mengidap HIV.
Dari Kasus-kasus yang HIV terjadi, banyak keajaiban pada pasien AIDS yang diterima dengan keikhla-san serta mendapat dukungan keluarga yang luar biasa. Dokter tersebut juga menyatakan “Mereka yang sudah sampai stadium empat itu ibarat tumbuhan yang dimakan ulat, sangat sakit dan tidak berdaya. Namun banyak kasus menunjukan, dengan dukungan dan pendampingan keluarga serta mem-peroleh therapy HIV secara kontinu, pasien bisa kembali berseri-seri. Dukungan orang-orang terdekat dan keluarga benar-benar obat paling mujarab, di samping obat-obatan itu sendiri”.
Hal yang mengharukan juga terjadi dari reaksi kalangan para perempuan yang mengetahui suaminya terkena penyakit tersebut. Umumnya, para perempuan tabah ini bener-bener mempraktikkan sumpah setia perkawinan mereka.
Banyak perempuan berujar kepada pasangan hidupnya “Apapun yang terjadi saya tidak akan meninggalkan bapak. Tidak hanya pada waktu senang saya mendampingi bapak, tapi juga pada saat sakit seperti ini”. Menurut dr. Nirmala menirukan pernyataan istri dari salah satu pasien-nya.

sumber: http://obathiv.net/bagaimana-jikakeluarga-mengidap-hiv.html 

Apa yang dilakukan jika mengidap HIV / AIDS?

Apa yang harus dilakukan jika positif HIV / AIDS?

Jangan panik, atau kuatir yang berlebihan. Terkena HIV bukan berarti anda akan segera meninggal. Banyak kasus dimana pengidap HIV hidup lama bahkan memasuki jenjang pernikahan dan memiliki anak-anak yang sehat jika anda memperoleh pengobatan atau therapy yang tepat sejak dini. Apabila anda mengetahui mengidap HIV sejak awal, tinggalkan berlama-lama marah, kecewa atau meratap. Segera miliki hati yang besar dan bersyukurlah, karena sebenarnya dengan mengetahui lebih awal Anda dapat segera menyikapi diri dengan mengumpulkan data dan informasi sejak dini, salah satunya mengumpulkan informasi dan menentukan pilihan therapy yang cocok untuk anda tanpa perlu menunggu hingga berubah menjadi status AIDS. Sehingga anda dapat memulai pengobatan yang tepat bagi HIV. Yang artinya peluang anda untuk hidup sehat, dapat bekerja atau berkarier seperti orang normal akan menjadi jauh lebih besar. Status HIV sifatnya rahasia bagi orang lain, kecuali diri anda sendiri, dokter yang merawat, atau konselor anda. Penderitalah yang menentukan jika ingin ada orang lain mengetahui status HIV anda (termasuk keluarga). Maka anda harus benar-benar yakin bahwa orang yang akan anda beritahu dapat dipercaya.
Hal yang dapat membantu adalah jika anda dapat berbicara terlebih dahulu dengan seseorang yang anda tahu dapat mendukung anda tidak peduli apakah orang tersebut keluarga, saudara atau teman, sampai kita merasa cukup nyaman membagi raha-sia dengan orang yang lainnya. Orang yang penting untuk diberitahu adalah pasangan (jika anda sudah memiliki pasangan), karena hal ini ada hubungannya dengan dia juga.
Mulailah membangun diri sendiri untuk berkeinginan hidup sehat, dan pikirkanlah bahwa apapun pe-nyakit Anda, tidak ada yang dapat menghentikan Anda untuk memperoleh hak anda untuk menjadi sehat dan bahagia. Jika anda sudah berada dalam treatment yang baik ,  Anda bisa berkarier Anda bahkan bisa memiliki pernikahan dan anak yang sehat dalam penanganan therapy yang aman dan tepat yang anda pilih (walaupun 30% kemungkinan anak dari keturunan penderita HIV akan juga sudah ter-jangkit HIV ketika lahir, namun HIV bukan berarti kematian, yang perlu anda benar-benar usahakan adalah berusaha hidup sehat selama mungkin dengan treatment yang tepat pilihan anda. Miliki pandangan hidup yang positif. Jika kita sering mendengar bahwa “HIV/AIDS tidak ada obatnya”, Segera tinggalkan pikiran dan kata-kata itu jika itu menghancurkan harapan dalam hati Anda. Katakan pada diri anda “HIV/AIDS sudah dapat diobati dan saya bisa hidup sehat, bahwa hidup sehat adalah hak saya dan hak bagi setiap orang yang mengusahakannya”. Setelah mengetahui terinfeksi HIV kita tidak boleh kehilangan martabat sebagai manusia. Banggalah terhadap diri kita atas segala usaha menghadapi hidup sebaik kemampuan manusia sehat yang tanpa HIV.
Sayangilah diri sendiri dan tidak perlu membesar-besarkan rasa malu, atau rasa bersalah jika hal-hal tersebut mengikat langkah hidup untuk mem-peroleh informasi tentang pengobatan HIV. Khususnya informasi mengenai pilihan pengo-batan HIV secara herbal, karena herbal tetap akan lebih baik, terutama herbal yang tanpa efek samping. Terinfeksi HIV bukan berarti kita lebih hina dari pada orang dengan penyakit yang lain. Semua berasal dari pikiran kita, jadi amat sangat penting bagi seorang dengan HIV: “jagalah pikiran kita dari perkataan buruk orang lain yang ingin di suntikan pada kita, bahwa kita akan segera mati atau tidak ada harapan lagi, buang segera kata-kata itu, dan segera lupakan detik yang sama, supaya kita dapat tetap fokus untuk dapat sehat dan menjaga bathin kita tetap ringan menghadapi cobaan sebesar gunung pun”. Memang pada kasus HIV yang terlambat, atau tidak ditangani, atau tidak memperoleh therapy yang sesuai pada waktunya dapat menjadi AIDS periode perubahan seorang dengan HIV menjadi AIDS tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing individu. Dan daya tahan tubuh erat sekali berhubungan dengan suasana hati yang gembira.