Apa sih perbedaan HIV dan AIDS? HIV itu memang berbeda dengan AIDS. Istilah human immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) sering dianggap sebagai satu kesatuan. Padahal, HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda. AIDS merupakan hasil dari apa yang dilakukan virus HIV jika tidak segera ditangani atau dilakukan therapy. HIV merupakan retrovirus, virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia. Akibat virus HIV yang menyerang sel darah putih tersebut, sesorang akan lebih rentan terserang penyakit karena system kekebalan tubuhnya rusak. Sementara AIDS merupakan fase lanjutan dari serangan virus HIV. Jika system kekebalan tubuh manusia rusak dengan jumlah CD4 kurang dari 200, atau persentasi CD4 (CD4%) dibawah 14%, maka kerusakan system kekebalan tubuh sudah memasukin tahapan AIDS.
AIDS didefinisikan sebagai tahap infeksi HIV lanjutan yang parah. Pada masa ini sistem kekebalan tubuh rusak demikian parah sehingga tidak dapat menyerang balik virus atau infeksi lain yang biasanya dapat dicegah. Karena kuman-kuman itu memanfaatkan kesempatan (opportunity) yang diberikan akibat system kekebalan tubuh yang rusak, penyakit yang disebabkannya disebut infeksi oportunistik (IO).
Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, atau bakteri. Penyakit yang timbul dapat mengenai berbagai organ tubuh kita, seperti kulit, paru-paru, mata dan otak, beberapa jenis kanker pun dapat disebabkan oleh infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik dapat diobati. Sebagian infeksi ini juga dapat dicegah dengan memakai obat sebelum penyakit itu timbul. Jika pernah mengalami infeksi oportunistik yang sudah diobati, kita juga dapat memakai obat agar infeksi tersebut tidak datang lagi. Salah satu infeksi oportunistik yang terpenting dan bahaya adalah infeksi Tb (tubercoluse). Menurut WHO orang dengan HIV 50% mengembangkan Tb aktif. Tb adalah penyebab utama kematian.
Berkurangnya CD4 mengakibatkan seseorang mudah diserang beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak berpengaruh ketika kekebalan tubuh orang tersebut sehat. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, terutama dalam darah, sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh, seperti ASI, virus HIV juga bisa ditemukan meski dalam jumlah sangat sedikit. Sedikitnya 75%-85% penularan HIV terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melaku hubungan homoseksual), 5-10% akibat pemakian narkotika suntik, dan 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.
AIDS didefinisikan sebagai tahap infeksi HIV lanjutan yang parah. Pada masa ini sistem kekebalan tubuh rusak demikian parah sehingga tidak dapat menyerang balik virus atau infeksi lain yang biasanya dapat dicegah. Karena kuman-kuman itu memanfaatkan kesempatan (opportunity) yang diberikan akibat system kekebalan tubuh yang rusak, penyakit yang disebabkannya disebut infeksi oportunistik (IO).
Infeksi oportunistik dapat disebabkan oleh berbagai virus, jamur, atau bakteri. Penyakit yang timbul dapat mengenai berbagai organ tubuh kita, seperti kulit, paru-paru, mata dan otak, beberapa jenis kanker pun dapat disebabkan oleh infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik dapat diobati. Sebagian infeksi ini juga dapat dicegah dengan memakai obat sebelum penyakit itu timbul. Jika pernah mengalami infeksi oportunistik yang sudah diobati, kita juga dapat memakai obat agar infeksi tersebut tidak datang lagi. Salah satu infeksi oportunistik yang terpenting dan bahaya adalah infeksi Tb (tubercoluse). Menurut WHO orang dengan HIV 50% mengembangkan Tb aktif. Tb adalah penyebab utama kematian.
Berkurangnya CD4 mengakibatkan seseorang mudah diserang beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak berpengaruh ketika kekebalan tubuh orang tersebut sehat. Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh manusia, terutama dalam darah, sperma dan cairan vagina. Pada cairan tubuh, seperti ASI, virus HIV juga bisa ditemukan meski dalam jumlah sangat sedikit. Sedikitnya 75%-85% penularan HIV terjadi melalui hubungan seks (5-10% diantaranya melaku hubungan homoseksual), 5-10% akibat pemakian narkotika suntik, dan 3-5% melalui transfusi darah yang tercemar.
HIV merupakan suatu virus yang material genetiknya adalah RNA yang dibungkus oleh suatu matriks yang sebagian besar terdiri atas protein. Untuk tumbuh materi genetic ini perlu diubah menjadi DNA, diintegrasikan ke dalam DNA inang, dan selanjutnya mengalami proses yang akhirnya akan menghasilkan protein. Protein-protein yang dihasilkan kemudian akan membentuk virus-virus baru. Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia, virus ini akan menggerogoti sel darah putih (yang berperan dalam system kekebalan tubuh). Setelah 5-10 tahun kemudian tanpa treatment, kekebalan tubuh akan hancur total dan penderita masuk dalam tahap AIDS dimana terjadi berbagai infeksi seperti misalnya infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dsb. Penderita dapat meninggal dalam waktu 1-2 tahun kemudian karena infeksi tersebut. (bila tidak memperoleh treatment yang tepat selama masa AIDS).
Dari hasil pengamatan berdasarkan negara, biasanya di negara industri, seorang dewasa yang terinfeksi HIV akan menjadi AIDS dalam kurun waktu 12 tahun. Sementara di negara berkembang kurun waktunya lebih pendek, yaitu tujuh tahun. Setelah menjadi AIDS, survival rate di negara industri telah bisa diperpanjang menjadi 3 tahun, sedang-kan di negara berkembang survival rate setelah AIDS masih kurang dari satu tahun. Survival rate ini berhubu-ngan erat dengan penggunaan obat anti retrovirus, pengo-batan terhadap infeksi opportunistic dan kualitas lingkun-gan serta pelayanan kesehatan yang baik.
Yang pasti HIV tidak membunuh. Namun, jika sudah me-masuki tahapan AIDS, ancaman infeksi opportunistic lah yang menjadi mesin pembunuh. Yang perlu dilakukan pengidap HIV adalah hidup sehat selama mungkin dalam fase dibawah AIDS. Untuk pencegahan percepatan perubahan menjadi AIDS, tidak ada salahnya se-seorang melakukan test HIV sejak dini. Dengan mengetahui status HIV lebih cepat, maka dapat diu-payakan untuk mempertahankan system kekebalan tubuh. -Ditulis oleh Ririn N.F. PR dalam artikel : “Penderita AIDS Punya Waktu 1-2 Tahun” Ingat, bukan HIV.
Apa saja Gejala-gejala HIV?
Tidak ada gejala, tetapi hasil labtest anti HIV menunjukan hiv positif, keadaan fisik tidak ada perubahan dari biasanya dan juga tidak ada kelainan khas, bahkan bisa tetap bekerja seperti biasa. Fase dimana dalam darah terdapat virus HIV disebut sebagai fase HIV + , yaitu fase sebelum memasuki fase AIDS.
Biasanya dibutuhkan 5-10 tahun untuk sampai ke tahap yang disebut sebagai AIDS (virus membutuhkan waktu berbeda-beda untuk mencapai fase AIDS pada tubuh manusia sesuai kekebalan tubuh yang dimiliki perindividu). Dengan therapy maka periode sejak terjangkit hingga mencapai AIDS biasanya akan menjadi jauh lebih lama. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, selama 2-4 bulan ke-beradaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia. Pada 2-4 bulan ini virus sedang dalam tahap perkembangbiakan meregenerasi dirinya dengan sangat cepat. Tahap ini disebut juga sebagai sebagai periode jendela. Karena jumlahnya masih sangat sedikit sehingga tidak terdeteksi oleh test darah.
Banyak kasus di mana seseorang positif mengidap HIV, tidak menjadi sakit dalam jangka waktu ter-tentu. Hanya saja HIV yang ada pada tubuh akan terus merusak system kekebalan tubuh. Efeknya, bakteri dan jamur yang biasanya tidak berbahaya, menjadi sangat berbahaya karena rusaknya system kekebalan tubuh, hingga akhirnya penderita memasuki tahap AIDS.Apa saja Gejala-gejala AIDS?
Gejala-gejala AIDS Gejala-gejala seseorang tertular AIDS terbagi dalam dua jenis.
Gejala umum ditandai dengan penurunan berat badan mencapai 10% dalam waktu singkat, demam yang berkepanjangan selama lebih dari satu bulan, dan diare yang terus-menerus selama lebih dari satu bulan.
Gejala ke dua adalah, merekapun akan mengalami gejala tambahan, seperti batuk yang tidak sembuh-sembuh selama satu bulan lebih, perubahan kulit dan iritasi atau gatal, infeksi jamur pada rongga mulut atau kerongkongan, dan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di sekujur tubuh, biasanya dibawah telinga, leher, ketiak dan lipatan paha. Dan, sebagian besar dari infeksi opportunistic yang terjadi pada kasus AIDS adalah karena infeksi kuman, jamur atau bakteri, selain alergi berat dan TBC serta Hepatitis C (kasus hepatitis C biasanya hanya terjadi pada injection drug user).